Minggu, 06 November 2011

GIZI DAN BENCANA ALAM

Bencana memang terjadi di mana-mana dan tidak bisa diprediksi, namun jika bencana sudah terjadi, maka sudah seharusnya pemimpin di daerah tersebut cepat tanggap untuk menangani bencana agar bencana lain seperti kelaparan dan kekurangan konsumsi pangan tidak terjadi.

Lima Kecamatan Terisolir , Sulit Dijangkau, Puluhan Ribu Warga Kelaparan
Painan, Padek—Puluhan ribu penduduk di lima kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan terisolir. Hingga kini, daerah tersebut belum mampu ditembus Tim SAR dan relawan, menyusul terbannya jalan lintas Sumatera (jalinsum) di Kecamatan Ranahpesisir.
Lima kecamatan itu meliputi Ranahpesisir, Linggo Sari Beganti, Pancungsoal, Basa Ampek Balai dan Lunangsilaut yang merupakan perbatasan Sumbar-Bengkulu. 
Hingga berita ini diturunkan pukul 00.30 dini hari tadi, wartawan Padang Ekspres Yoni Syafrizal melaporkan,  lima kecamatan itu belum terjamah bantuan. Tim SAR dan relawan gagal mencapai lima kecamatan terparah diterjang banjir bandang. Akses jalan kabupaten menuju lokasi, tidak bisa dilalui kendaraan roda empat karena sempit dan buruk.
Puluhan ribu warga yang kini tinggal di tempat-tempat pengungsian, mulai kelaparan dan terancam penyakit.  Sudah dua hari ini dilaporkan warga di lima kecamatan itu tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup.  Pasalnya, stok makanan, pakaian dan selimut mereka basah dan hanyut terseret air bah.
Dua hari setelah banjir bandang melanda, aktivitas warga di lima kecamatan itu lumpuh. Hampir seluruh sekolah di lima kecamatan terparah itu diliburkan. Kegiatan ekonomi masyarakat pun terhenti.  Belum bisa dipastikan lima kecamatan itu dapat ditembus bantuan akibat terputusnya jalan nasional di Pasir Putih Kambang, Kecamatan Lengayang sepanjang 700 meter. Jalan ini merupakan satu satunya akses penghubung ke enam kecamatan di Pessel.  Jalan alternatif hanya menuju Bengkulu via Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Sedangkan Lengayang, meski terparah diterjang galodo,  sudah bisa dijangkau Tim SAR dan relawan.  Bantuan logistik, pakaian dan selimut sebagian telah disalurkan ke tempat-tempat pengungsian. Dari pantauan Padang Ekspres  kemarin sore, sebagian besar genangan air telah menyusut.  Hanya ada beberapa nagari di Lengayang Ranahpesisir yang masih terendam banjir setinggi lutut.   
Selain menyalurkan bantuan, Tim SAR, relawan bersama masyarakat masih terus melakukan pencarian korban hilang.  Dari enam korban yang hilang, satu di antaranya sudah ditemukan di laut sekitar pukul 12.45 kemarin. Korban bernama Naisa, 8. Mayat korban ditemukan di pantai Pasar Gompong, sekitar 1,5 kilometer dari lokasi terseret banjir, tepatnya di Kampung Pasar Miskin, Nagari Kambang Barat.

Sedangkan ibunya, Ismaidarni, 42, dan kakaknya Santia, 22, masih terus dilakukan pencarian dengan menyisiri Batang Airhaji, Kecamatan Linggo Sari Baganti, dan Pantai Pasir Putih Kambang, Kecamatan Lengayang.
Sedangkan pencarian tiga korban lainnya difokuskan di Kampung Rantau Simalenang, Kecamatan Linggo Sari Baganti. Tiga korban ini adalah Kidit, 65, Rayos, 24, dan seorang bayi berumur 9 bulan (anak Royas).
Analisis Gizi
Ada 3 dinas yang harus cepat turun tangan menangani musibah bencana alam seperti banjir bandang dalam artikel di atas.
Dinas pertanian: Seandainya dinas pertanian tidak cepat menangani bencana alam seperti banjir bandang yang telah menyebabkan puluhan hektar lahan lahan pertanian terancam gagal panen, maka akan mengakibatakan produksi dan ketersediaan pangan untuk wilayah tersebut akan berkurang, sehingga konsumsi pangan masyarakat sekitar akan rendah dan akan berakibat pada rendahnya status gizi masyarakat setempat.
Dinas Perhubungan: Seandainya dinas perhubungan setempat tidak cepat menangani dan memperbaiki jalan yang putus akibat banjir bandang, maka distribusi pangan ke wilayah yang terkena bencana alam akan terhambat, karena distribusi yang lancer memerlukan sarana dan prasaran seperti jalan, jika jalan rusak ditribusi akan terhambat, sehingga rakyat yang terkena bencan akan sulit menerima atau mendapatkan makanan sehingga akan berakibat pada rendahnya konsumsi terhadap pangan dan rendahnya status gizi seseorang.
Dinas perdagangan :
“Ancaman kelaparan tidak main-main.  Warga kesulitan mendapatkan kebutuhan bahan pokok. Kalaupun ada, harganya melambung tinggi. Sedangkan minyak tanah untuk memasak, harganya mencapai Rp 10 ribu per liter. Begitu pula stok bensin telah habis. Harganya bisa mencapai Rp 20 ribu seliter. “Pasokan putus sejak tiga hari terakhir, sebab mobil sembako tidak lagi datang dari Padang. Hanya ojek dan perahu bisa masuk ke sejumlah nagari di Leganyang”
 Seandainya dinas perdagangan tidak cepat turun tangan menangani harga pangan yang melonjak naik didaerah bencana yang diakibatkan oleh terhambatnya distribusi dan langkanya pangan di daerah bencana, maka akan berakibat rendahnya daya beli masyarakat terhadap pangan karena masyarakat banyak menjadi miskin, sehingga berakibat rendahnya konsumsi pangan dan status gizi masyarakat di daerah bencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar